Banyuwangi – Meminimalisir terjadinya dampak kebakaran, ibu-ibu rumah tangga di Banyuwangi dilatih mitigasi kebakaran. Mereka mengikuti pelatihan dan simulasi penanggulangan kebakaran yang digelar oleh Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Banyuwangi.
Para ibu rumah tangga mendapatkan pengetahuan tentang tindakan pertama dan cara penanganan awal saat terjadi musibah kebakaran, utamanya di dapur.
“Ibu-ibu ini aktivitasnya sering berhubungan dengan dapur dan peralatan listrik. Karena itu saya minta Dinas Pemadam Kebakaran untuk memberi pelatihan, agar mereka memiliki pengetahuan meminimalisir terjadinya kebakaran di rumah dan bagaimana penanganannya,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Sabtu (1/6/2024).
Seperti yang terlihat saat program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa), di Desa Gumuk, Kecamatan Licin, Kamis (30/5/2024). Sekitar 50 ibu rumah tangga mengikuti pelatihan dan simulasi penanggulangan kebakaran.
Setelah mendapat pengarahan teori tata cara penanganan, didampingi petugas satu-persatu mereka berlatih memadamkan api dari benda yang terbakar dan tabung elpiji mengeluarkan api (ngowos).
Ipuk berharap pelatihan ini bisa meningkatkan kewaspadaan para ibu rumah tangga terhadap bahaya kebakaran. Menurut Ipuk musibah kebakaran lebih banyak disebabkan oleh kelalaian manusia (human error). Misalnya lupa mencabut stop kontak listrik, lupa mematikan kompor, dan sebagainya.
“Setelah mendapatkan pelatihan ini harapannya ibu-ibu menjadi lebih waspada dan berhati-hati, sehingga bisa menjaga keselamatan nyawa, harta benda di rumah maupun lingkungan sekitarnya,” ungkap Ipuk.
Pelatihan ini disambut antusias oleh para peserta. Salah satunya, Dwi Susanti yang mengaku mendapatkan pengetahuan baru dan bermanfaat.
“Sekarang saya tahu cara memadamkan api yang benar supaya tidak cepat menyebar. Kita juga diingatkan agar tidak panik saat terjadi kebakaran, sehingga bisa fokus melakukan penanganan,” ungkap Dwi.
Ditambahkan Plt. Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Banyuwangi, Yoppy Bayu Irawan, kebakaran yang disebabkan oleh percikan api umumnya selalu dimulai dari kecil.
“Dengan pengetahuan dasar yang diberikan, ibu-ibu diharapkan bisa mencegah kebakaran yang lebih besar. Minimal mereka tidak panik dan bisa segera melakukan upaya-upaya untuk meminimalisir resikonya,” ujar Yoppy.
Misalnya kebakaran kompor tidak dianjurkan untuk dipadamkan menggunakan air. Tetapi bisa menggunakan handuk, selimut, atau karung goni basah.
“Jika kebakaran menimpa suatu benda, segera pisahkan benda-benda itu dari benda lain di lingkungan tersebut agar tidak menjalar dan menjadi lebih besar apinya,” pungkas Yoppy.
Untuk menghindari terjadinya kebakaran, ibu-ibu diminta untuk lebih berhati-hati. Jangan meninggalkan setrika dalam keadaan hidup, lupa mematikan kompor saat tidak digunakan, atau membakar sampah sembarangan.
“Saat di rumah matikan segera instalasi listrik jika tidak digunakan, dan kenali jenis kebakaran itu sendiri,” imbuhnya.
Selain ibu-ibu rumah tangga, di tiap program Bunga Desa, pelatihan tanggap bencana juga diberikan kepada para siswa se-Banyuwangi. Tak hanya tentang mitigasi kebakaran, mereka juga diajarkan tentang upaya penyelamatan saat terjadi bencana alam. Seperti gunung meletus, banjir, tanah longsong, banjir, dan sebagainya. (*)