Jakarta — Perkembangan digital yang sangat masif saat ini menjadi lahan yang strategis dalam pengembangan dakwah Islam. Mudahnya masyarakat mengakses informasi menjadikan pesan dan narasi dakwah juga bisa dengan cepat diterima oleh masyarakat.
Penguatan dakwah digital bisa dilakukan oleh media-media keislaman dengan penguatan jaringan. Hal ini penting karena sebagai media yang memiliki sumber otoritatif dalam ilmu agama, sinergi penguatan jaringan akan mampu mencerahkan masyarakat dengan konten-konten yang bersumber dari ahlinya.
“Banyak media-media umum memaksimalkan ceruk keislaman untuk menggaet pembaca,” ungkap Staf Khusus Menteri Agama bidang Media dan Komunikasi Wibowo Prasetyo pada Acara Upgrading Kepenulisan Populer dan Konsolidasi Pengelola Media Keislaman Moderat di Luminor Hotel Jakarta, Jumat (11/10/2024) malam.
Hal ini menunjukkan bahwa media melihat bahwa konten keislaman mendapatkan perhatian yang tinggi dari masyarakat sehingga bisa diolah menjadi ‘komoditi’ untuk menaikkan trafic media online mereka. Walaupun sebenarnya, platform media tersebut bukan berbasis kepada keagamaan namun media umum.
Kehausan masyarakat pada konten-konten keislaman ini harus diperkuat dengan suplai konten yang memang benar-benar bisa dipertanggungjwabkan serta shahih atau valid. Jangan hanya mengejar traffic pembaca namun tidak memperhatikan kredibilitas narasumber yang bicara tentang agama.
Oleh karena itu menurutnya, media-media Islam harus terus melakukan inovasi agar bisa memberikan pencerahan dengan cara-cara baru sesuai perkembangan zaman saat ini.
“Perbanyak konten-konten Islam seperti khutbah Jumat yang setiap malam Jumat pasti dicari-cari oleh para khatib,” ungkapnya.
Selain itu, ia juga mengajak media-media keislaman untuk memperkuat jejaring dengan menyuguhkan konten-konten yang sesuai dan dengan gaya generasi milenial atau Gen-Z. Konten-konten ini bisa dikemas dengan sederhana dan menarik berbasis teks, audio, atau visual.
“Berdasarkan riset, anak muda sekarang itu paling malas untuk melakukan validasi (tabayun pada konten yang ada),” ungkapnya.
Sehingga di sini menurutnya, media Islam yang memiliki jejaring kuat dan otoritatif untuk bicara masalah agama berperan penting.
Sementara Direktur Diktis Kemenag RI Prof. Ahmad Zainul Hamdi (Prof Inung) juga menekankan pentingnya penguatan jejaring media keislaman agar dakwah bisa maksimal di era digital. Hal ini dilakukan dengan melahirkan Arina.id yang diharapkan menjadi ‘koordinator’ dari media keislaman umum maupun dari Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Kementerian Agama.
Menurutnya jejaring atau sindikasi menjadi langkah strategis dalam membangun media di tengah banyaknya media-media yang ‘tumbang’ tergilas zaman. “Arah ke depan, kekuatan media itu ada pada jaringannya. Dan kita sudah melakukan langkah yang tepat untuk ke sana,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan kabar gembira bahwa berdasarkan data dari Alvara Research Center melalui hasil survei terbaru mengenai perilaku masyarakat terhadap akses internet web Islami tahun 2024. Arina.id, menduduki sudah berada pada peringkat 15 nasional dan mampu mengungguli beberapa website keislaman yang sudah cukup lama eksis.
Padahal Arina.id baru diluncurkan oleh Menteri Komunikasi dan Informasi RI Budi Arie Setiadi dan Menteri Agama RI H Yaqut Cholil Qoumas di Hotel Ritz Charlton, Jakarta pada Jumat 15 Desember 2023 lalu.
Hal senada juga diungkapkan Ketua PBNU Ulil Abshar Abdalla terkait pentingnya melakukan inovasi dan terobosan untuk memperkuat media keislaman. Selain penguatan jaringan dengan sesama media, ia juga menilai penting untuk menguatkan jaringan dengan lembaga-lembaga keislaman seperti pesantren.
Selain itu penguatan lain juga penting di antaranya dengan penguatan kualitas dan gaya penulisan. Para penulis harus menemukan metode, cara, dan style tulisan yang mampu mencirikan ‘brand’ media. Hal ini bisa menambah bobot eksistensi media dan akan mampu menjadi referensi pembaca.
Menurutnya, penting juga menggaet sumber daya atau talent baru untuk berkolaborasi dalam penguatan media. Mereka akan lebih menviralkan eksistensi media sehingga mudah dikenali masyarakat.
Hadir pada acara tersebut Direktur utama Arina.id Ishaq Zubaedi Raqib dan para penulis serta konten kreator dari media keislaman. Agenda ini berlangsung hingga Minggu (13/10/2024).(*)