Jangkarpena.com
Banyak yang masih tidak setuju dengan kehadiran anak di ruang digital, karena keikutsertaan anak di ruang digital dapat memberikan dampak buruk bagi tumbuh kembang anak. Anak menjadi pasif dan enggan bersosialisasi di dunia nyata.
Anak sangat mudah beradaptasi di dunia digital, kemampuan untuk mengenal dunia baru menjadikan anak dengan mudah mengetahui cara memainkan sebuah permainan ataupun bersosialisasi pada lingkungan baru. Padahal permainan online pasti akan memberikan efek adiktif pada pemainnya.
Berdasarkan data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS 2022, tujuan anak mengakses internet paling banyak adalah untuk hiburan, kemudian menggunakan media sosial, disusul dengan menggunakan internet untuk pembelajaran daring dan mendapat informasi/berita.
Bahkan dalam data boks diketahui Jumlah Pemain Judi Online yang Terdeteksi di Indonesia Berdasarkan Kelompok Usia per Juni 2024, anak 10 tahun sebanyak 80.000 dan pada rentang usia 10-20 tahun sebanyak 440.000.
Selanjutnya, terdapat 2 anak usia SMP di Kota Cimahi terpaksa berhenti sekolah selama satu tahun lantaran harus menjalani perawatan dan pemulihan kesehatan jiwa. Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan Retno Listyarti mengungkapkan dua bocah kelas VII SMP itu mengalami kecanduan game online dan harus menjalani perawatan dan pemulihan akibat kecanduan game online.
Karena itu, besar peran orangtua untuk menjaga anak selama di dunia digital. Saat ini sudah banyak fitur parental yang dapat digunakan orangtua untuk mengawasi anaknya. Salah satu aplikasi parental control yang dapat digunakan adalah Google Family Link. Aplikasi ini dapat membantu kita untuk memonitor dan mengatur aktivitas anak di gawai mereka, seperti: aplikasi yang digunakan dan berapa lama, membatasi screen time, waktu “tidur” gawai, lokasi anak, dan sebagainya.
Sumber : diskominfo
Penulis : Natasya M.A
