Magelang – jangkarpena.com , Komadan Gerakan Pemuda Ka’bah ( GPK ) Aliansi Tepi Barat, Pujiyanto beserta jajarannya dan ketua FAUIB Jateng – Jogyakarta, Anang Imam Muhdin beserta jajarannya mengadakan konferensi pers di kantor GPK Aliansi Tepi Barat, Magelang. Pada, Kamis ( 2/11/2023 ).
Meluruskan kronologi sesungguhnya atas kerusuhan yang terjadi di Muntilan, kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, Yang melibatkan Barisan Sirotol Mustaqim ( BSM) laskar PDI-P asal Jogyakarta dengan Gerakan Pemuda Ka’bah (GPK ) militan Aliansi Tepi Barat, Front Aliansi Umat Islam Bersatu (FAUIB) Jateng – Jogyakarta dan Warga Magelang pada, Minggu sore 15 Oktober 202 lalu.
Pujianto menjelaskan adanya kerusuhan di kabupaten Magelang di sebabkan oleh masa yang berasal dari luar wilayah Magelang, Bukan hanya kali ini saja melainkan sudah terjadi dua kali.
“Kejadian pada 16 Januari 2022 tahun lalu, Pernah terjadi hal serupa hingga menelan korban jiwa, Demi menjaga kondusifitas Magelang akhirnya bisa di selesaika yaitu membuat komitmen bersama di Kapolres Magelang waktu itu bahwa sebelum tahun 2024 tidak akan ada acara PDI-P di Magelang, begitu juga laskar PDI – P dari Jogyakarta berjanji tidak akan mengganggu kondusifitas di kabupaten Magelang, ungkapnya.
Pujiyanto mengatakan tapi kenyataannya kejadian serupa terjadi kembali. Dengan kejadian di Muntilan pada 15 Oktober 2023 lalu malah justru masa BSM laskar PDI-P dari Jogyakarta dengan sengaja membuat keributan lagi di Wilayah Magelang.
“Dirinya mempunyai bukti nyata dari kejadian tersebut, baik dokumentasi ataupun bukti fisik. Bahwa terjadinya kerusuhan yang terjadi di Muntilan, Fakta yang sesungguhnya diawali dari ulah brutal oleh masa dari BSM laskar PDI- P Jogyakarta terhadap warga Magelang, Ungkapnya.
Pujianto menyebut berawal dari masa BSM laskar PDI -P Jogjakarta selepas menghadiri acara lomba laskar PDI-P yang di Magelang, Dengan konvoi iring – iringan kendaraan pulang menuju ke arah Yogyakarta dalam keadaan dibawah pengaruh minuman keras.
” Tepatnya di Pabelan aksi kebrutalan terjadi berawal dari masa BSM laskar PDI – P dengan sengaja memprovokasi warga melepari batu ke arah rumah rumah warga, Sehingga mengakibatkan kerusakan di berbagai titik. Termasuk juga Yayasan panti asuhan yatim putri milik Muhamadiyah ikut rusak akibat lemparan batu tersebut dan melukai Eri salah satu penghuni panti asuhan yang termasuk anggota GPK Magelang, Penghuni lainya pun ketakutan berhamburan keluar. Di tambah lgi dengan pengerusakan ke sejumlah sepeda motor dan membakar satu buah sepeda motor milik warga yang juga anggota GPK Magelang, Ungkap Pujiyanto.
Hal itu yang menyebabkan awal dari kerusuhan di Muntilan terjadi, Yang menyebabkan baik warga masyarakat magelang, GPK Aliansi Tepi Barat maupun FAUIB tersinggung dan tersulut amarahnya. Dan ditambah lagi penurunan secara paksa dan pengerusakan bendera PPP yang bersimbol Ka’bah dan bendera Palestina yang ada di Magelang. Seperti vidio yang sudah tersebar di media sosial, jelasnya.
Pujiyanto menegaskan bahwa seluruh anggota GPK Aliansi Tepi Barat telah bersepakat tidak berpihak dan tidak akan memilih calon DPR RI, DPRD Provinsi hingga DPRD Kabupaten karena di dalam kepengurusan partai PPP pusat hingga daerah ada kezoliman. Yaitu ada dua kepemimpinan DPC PPP di kabupaten Magelang. GPK Aliansi Tepi Barat akan loyalitas ke Partai bukan loyal ke kepengurusan partai PPP. Bahkan ketika bendera Partai Persatuan Pembangunan yang bersimbol Ka’bah. Dan Ka’bah merupakan kiblat umat Islam dunia di turunkan dan di rusak begitu juga bendera Palestina yang merupakan lambang sejarah umat Islam dunia di turunkan paksa dan diinjak GPK Aliansi Tepi Barat tidak akan tinggal diam. Kami berprinsip bahwa tidak akan menyentuh dan mengambil yang bukan haknya.
” Begitu juga teman teman dari FAUIB Jateng – D.I.Y dan warga masyarakat Magelang ketika bendera berlambang Islam dirusak akan tersinggung dan mengakibatkan kemarahan seluruh komponen umat Islam dunia, Lanjutnya.
“Di saat kejadian sepertinya tidak ada tindakan yang tegas dari aparat kepolisian, Terlihat tidak adanya penjagaan atau pengawalan dari kepolisian jadi terkesan adanya pembiaran terhadap panitia penyelenggara dalam acara lomba laskar PDI – P di Magelang dan awal terjadinya kerusuhan terjadi , Ujar Pujiyanto.
“Di tanya mengenai penyelesaian kerusuhan tersebut Pujiyanto mengatakan demi komitmen menjaga kondusifitas bersama dengan panitia penyelenggara, di nyatakan di Polsek Muntilan, Dan di saksikan oleh Kapolresta, Dandim dan Bupati Magelang disaat bentrok terjadi dengan menarik mundur dan memerintahkan pulang kerumah masing masing baik masa dari anggota GPK, FAUIB dan warga Masyarakat supaya tidak menghadang masa BSM PDI- P yang sudah terkepung, Tetapi disaat masa dari Magelang yang sudah mundur malah terjadi pembakaran sepeda motor milik anggota GPK Magelang yang di lakukan oleh masa BSM PDI-P Jogyakarta, Jelasnya.
Pujiyanto menambahkan mediasi kedua sudah di lakukan di Kapolresta Magelang yang di hadiri Ketua panitia penyelenggara lomba laskar PDI-P Magelang, Ketua DPRD, Dandim, Bupati dan Kapolreta Magelang. Tetapi belum ada hadil kesepakatan apapun, Sebatas mendapatkan jawaban dari panitia penyelenggara laskar PDI-P Magelang besedia bertanggung jawab. Tetapi pertangung jawaban seperti apa sampai saat ini belum ada kejelasan yang pasti.
Di kesempatan yang sama Ketua FAUIB Jateng – DIY Anang Imam muhdin Mengatakan Bahwa kondisifitas kabupaten Magelang sudah menjadi komitmen bersama, justru dari luar Magelang yang mengacak ngacak wilayah Magelang . Hal ini harus menjadi catatan pemangku kebijakan dari mulai Bupati Magelang, Kapolresta Magelang, Dandim Magelang, terutama panitia pelaksanaan acara PDIP di Magelang pada tanggal 15 Oktober 2023 lalu yang tidak mengambil pengalaman kejadian yang sebelumnya, Pada akhirnya terjadilah kerusuhan di Muntilan kabupaten Magelang.
” Ia juga mengatakan banyak pemberitaan yang perlu di luruskan, Menurutnya banyak media yang memberitakan tidak konsprensif tidak sesuai dengan fakta sebenarnya, Sebatas memberitakan kejadian bentroknya saja dan ada juga media yang memberitakan seolah olah kami dari GPK Magelang, FAUIB Jateng – D.I.Y dan Masyarakat Magelang yang bersalah, Ungkapnya.
Anang menegaskan kami dari GPK Magelang dan FAUIB Jateng – D.I.Y selama ini tidak pernah membuat ulah. Kejadian di Muntilan merupakan adanya akibat dikarnakan ada sebab, Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Justru kerusuhan di Muntilan yang di awali oleh masa BSM laskar PDI-P Jogyakarta dan terkesan adanya pembiaran.
Anang berharap agar permasalahan tidak melebar dan menjadi berkepanjangan, maka harus ada solusi yang baik dari pihak pihak terkait untuk penyelesaian secara tepat, Pungkasnya. ( Red )