Berdayakan 70 Lansia, Anyaman Pandan Pandeglang Ikuti Tren agar Tak Ketinggalan Zaman

Berdayakan 70 Lansia, Anyaman Pandan Pandeglang Ikuti Tren agar Tak Ketinggalan Zaman

Spread the love

Banten, Jangkarpena.com– Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) anyaman pandan di Kabupaten Pandeglang berhasil berinovasi dengan tren modern yakni mengombinasikan anyaman pandan tradisional dengan teknik jahit, lem dan penambahan ornamen lainnya. Tak hanya itu, usaha turun temurun ini mampu memberdayakan sedikitnya 70 lansia dan ibu rumah tangga (IRT).

Adalah Adi Pandat (40) pengusaha kerajinan anyaman pandan asal Desa Pandat, Kecamatan Banjar, Kabupaten Pandeglang yang membuka peluang usaha bagi warga sekitarnya.  Pandan sebagai bahan utama pembuatan kerajinan yang banyak ditemui di daerahnya, maka Adi memberi nama usahanya dengan sebutan “Pandan’S Craft Banten”

Kerajinan anyaman daun pandan yang dikelola Adi memiliki beragam bentuk, mulai dari tas (Kaneron), topi, sajadah, tikar, sandal, dompet, tentengan dan beragam jenis lainnya.  Aneka macam variasi modifikasi bentuk tradisional anyaman pandan kini berhasil dikreasikan dalam bentuk modern oleh Adi.

Menurutnya, bentuk kerajinan tradisional harus melek dengan kebutuhan pasar dan mengikuti arus perkembangan zaman agar tidak ketinggalan tren. Maka dari itu, Adi mengombinasikan anyaman daun pandan dengan proses jahit, lem yang dipadukan menggunakan kain, aksesoris, gambar 3D, logo dan lainnya.

“Saya membuat inovasi produk yang disesuaikan dengan tren saat ini. Ada unsur jahit, lem modifikasi produk baru yang sebelumnya hanya anyaman saja,” ujarnya.

Bisnis rumahan ini mulai ditekuni Adi sejak 2015 yang diturunkan dari leluhurnya yang juga pengrajin kerajinan anyaman berbahan pandan.  “Saya mulai fokus usaha dari tahun 2015, kalau usaha ini sudah turun-temurun dari kakek, nenek dan sekarang semakin berkembang, dulu jualan anyaman kaneron, tikar dan topi. Kalau ibu saya dari 2007 melanjutkan usaha,”  terangnya.

Harga jual kerajinan yang dipasarkan Adi bervariasi, mulai dari Rp15 ribu sampai Rp250 ribu rupiah. Pembelinya datang dari berbagai daerah di Indonesia bahkan negara Asia yaitu Malaysia, Thailand dan sekitarnya. “Dijualnya online ke berbagai market place dan offline di dalam dan luar daerah serta mengikuti pameran,” terangnya.

Sementara untuk bahan baku daun pandan, Adi membelinya dari warga desa yang bercocok tanam pandan di kebunnya seperti dari Kecamatan Banjar dan Mekarjaya.

Proses Pembuatan

Dalam proses pembuatannya, Adi tidak merasa kesulitan karena para pekerjanya sudah terlatih dan mahir membuat kerajinan anyaman dari daun pandan. Proses awal pembuatan kerajinan anyaman dimulai dari memetik daun pandan yang masih hijau dan berduri, kemudian buang duri pada kedua sisi daun pandan.

Setelah duri berhasil dibuang, buat ukuran pandan sesuai dengan bentuk kerajinan yang akan dibuat. Proses berikutnya, daun pandan yang sudah dibentuk lalu direbus selama satu jam dan direndam satu malam.

Usai direndam, daun pandan dikeringkan dua hari di bawah sinar matahari. Apabila sudah kering, bahan daun pandan siap digunakan untuk dibentuk kerajinan. “Setelah itu, daun pandan siap dianyam dan dibentuk tikar, topi, kanderon atau tas dan lainnya,” imbuhnya

Lanjut Adi, tahap berikutnya setelah selesai proses penganyaman, masuk proses modifikasi dengan menambahkan gambar/aksesoris pada kerajinan, membuat pola tas, proses pengguntingan dan jahit.

Usai dibuat modifikasi, hasil kerajinan anyaman pandan diberi pewarna agar putih bersih lalu dijemur. Apabila sudah selesai dijemur, berikutnya anyaman difernis agar mengkilap sehingga kerajinan anyaman daun pandan siap dipasarkan.

Berdayakan Lansia dan IRT

Terdapat 70 orang ibu penganyam yang didominasi para lansia, kemudian ada bagian produksi dan pemasaran sebanyak enam orang. Adi membebaskan para lansia menganyam dari rumah masing-masing agar mereka tetap bisa berkumpul bersama keluarga dan mengurus anak.

“Ibu penganyamnya ada 70 orang, mereka membuat anyaman di rumah masing-masing, ada yang bagian produksi, pemasaran enam orang dan lainnya,” kata Adi.  Dalam satu hari, satu orang ibu penganyam bisa membuat lima topi, sedangkan untuk jenis anyaman tikar proses pembuatannya satu hari menghasilkan satu buah tikar tergantung jenis ukuran.

Selain lansia, tentu saja sejumlah  ibu rumah tangga (IRT) yang ingin membantu perekonomian keluarga dengan menganyam kerajinan berbahan pandan.

Berharap Difasilitasi Pemkab Pandeglang

Selama sembilan tahun menekuni usahanya, Adi berharap agar para pelaku UMKM bisa difasilitasi tempat di Kabupaten Pandeglang.  “Mudah-mudahan bisa difasilitas tempat untuk UMKM dalam memasarkan produk,” pungkasnya.

Ke depan Adi juga berharap agar Pemerintah Provinsi Banten melalui instansi terkait seperti BUMD dapat membina dan menyerap produk UMKM dan memaksimalkan dalam penggunaan produk lokal untuk kebutuhan souvenir, oleh-oleh dan lainnya.

Tidak hanya itu, Adi berharap agar Diskominfo Pandeglang menjembatami dalam pembuatan website Pandan’s Craft Banten.  “Agar kami bisa melakukan pemasaran lebih luas ke skala nasional sampai internasional,” harap Adi. (MC )

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!