Jangkarpena.com Tentu saja setiap kita mengerti bahwa Para Tokoh Agama” seperti kita ini merupakan perpanjangan tangan pemerintah untuk menghadirkan kedamaian dengan mengelola perbedaan. Sebab Perbedaan adalah sebuah keniscayaan atau dengan kata lain adalah sesuatu yang pasti. Itulah sebabnya pemerintah perlu dukungan dan memang sudah seharusnya menjadi tugas para tokoh agama, secara khusus tokoh agama Umat Kristen untuk membina umat sesuai dengan amanah yang dianugerahkan Tuhan, Artinya para tokoh agama Kristen ini bukan hanya Pendeta atau Gembala sidang, namun semua hamba Tuhan yang melayani Tuhan di Market Place nya masing-masing.
“Perbedaan adalah suatu hal yang perlu disikapi secara bijak.”
Berikan ruang kepada setiap orang agar dapat menikmati kehidupan dalam alam perbedaan di bumi Indonesia tercinta ini. Kita wujudkan kerinduan para Pendiri Bangsa” yang telah berupaya untuk mempersatukan nusantara dengan kalimat Satu Nusa Satu Bangsa, Satu Bahasa Indonesia atau yang biasa kita gaungkan bersama, yaitu; NKRI harga Mati !!!
Dalam berbagai perbedaan yang merupakan realitas kehidupan berbangsa ini, janganlah sampai kita menganggap pemahaman atau keyakinan kelompok kita sendiri yang paling benar (meskipun memang demikian menurut iman kita), namun tetap menghargai pemahaman keyakinan orang lain.
Mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (LHS) menetapkan bahwa tahun 2019 sebagai tahun Moderasi Beragama. Sejak saat itu GAUNG moderasi beragama sebagai bagian penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Moderasi beragama menjadi salah satu cara untuk menciptakan kerukunan intern dan antar umat beragama.
MODERASI AGAMA ADALAH ; cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yaitu dengan memahami dan mengamalkan ajaran agama secara tidak ekstrim. Moderat berarti mengambil sikap tengah. Tidak berlebih-lebihan pada suatu posisi tertentu, namun ia tetap berada pada titik sikap yang tegak lurus dengan kebenaran.
Memelihara Eksistensi Agama-Agama. Mewujudkan kerukunan antar umat beragama merupakan bagian dari usaha untuk mendorong setiap penganut konsekuen dengan agamanya itu, sehingga keberagamannya bukan hanya dalam bentuk pengakuan atau panutan saja, tetapi dapat memberi nilai dan manfaat bagi dirinya dan bagi masyarakat.
Memelihara Persatuan dan Rasa Kebanggaan. Hal ini memudahkan bagi umat beragama untuk mewujudkan dan memelihara kerukunan.
Menunjang dan Menyukseskan Pembangunan. Hakikat dan tujuannya adalah untuk memperbaiki dan meninggikan martabat manusia.
Mewujudkan Masyarakat Religius. Mewujudkannya bukan dengan bentuk dan tatanan baru, tetapi mempertegas dan mengembangkan bentuk dan tatanan yang telah ada. Setiap manusia mempunyai hak yang sama dan dipandang sebagai kenyataan.
Menurut Gus Yaqut (Menag RI), untuk merawat kepelbagaian agama di Indonesia, yang terpenting adalah bukan semata-mata dialog antariman, melainkan dialog antarumat beragama.
Dialog antariman umumnya berbentuk sangat tidak formal, cair, natural dan bisa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan dialog antarumat beragama seringkali terbatasi pada dialog legal-formal, dan seringkali terbatas dilakukan oleh para tokoh agama saja, sehingga terasa kering, tidak menyentuh pergumulan umat, dan jauh dari kenyataan yang dihadapi sehari-hari.
Moderasi beragama dapat dibangun dengan sebuah pemikiran praktis tetapi aktual. Misalnya orang sering mengatakan agamamu baik, agamamu benar, agamaku juga baik dan benar, maka mari kita bertemu di ruang yang baik itu. Bukan prinsip-prinsip perbedaan yang kita perjuangkan, tapi prinsip-prinsip universal dari agama itu menjadi hakekat membangun sebuah masyarakat. Saya mengutip KH. Miran Syamsuri (Ketua MUI Kota Bekasi), Kalo yang sama jangan dibeda-bedain, begitu juga dengan yang beda jangan disama-samain. Insa Allah, rukun!!!
Moderasi beragama, harus dipahami sebagai kesedangan, artinya tidak ekstrim kanan atau ekstrim kiri, tetapi dia berada di unsur yang tidak juga secara teologis menjadi netral. Masing-masing agama tentunya punya doktrin atau kayakinannya sendiri.
Tetapi dalam hubungan interpersonal atau relationship dalam berbangsa, bernegara, bermasyarakat yang berbeda-beda, maka yang perlu dibangun adalah kerukunan.
KAPAN PEMAHAMAN DAN PENGAMALAN KEAGAMAAN DINILAI BERLEBIHAN?
Pemahaman dan pengamalan keagamaan bisa dinilai berlebihan jika ia melanggar tiga hal: Pertama, Ketika nilai-nilai kemanusiaan terciderai; Kedua, Kesepakatan Bersama Hidup Berbangsa ternodai; DAN Ketiga, Mengganggu Ketertiban Umum.
Mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (LHS) mengatakan bahwa moderasi beragama sebagai bagian penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Moderasi beragama menjadi salah satu cara untuk menciptakan kerukunan intern dan antar umat beragama.
Moderasi Beragama ; Mengcermati perkataan sang mantan mentri ada dua hal yang akan kita dapatkan ketika kita membangun rasa atau sikap moderat dalam kita beragama, yaitu Kerukunan Intern dan Kerukunan Ekstern. Artinya kita akan elok dan arif, saat kita merajut kerukuan dengan antar umat beragama setelah kita sendiri hidup dalam kerukunan di tengah keberbedaan diantara kita!
Rasanya akan kurang elok saat kita begitu mesra dengan umat beragama lain, namun kita sulit berkawan oleh karena ada perbedaan di internal kita. Jika kita menyadari bahwa perbedaan adalah sebuah keniscayaan, maka kita harus belajar menerima perbedaan tanpa harus diperdebatkan…istilah kerennya NODEBATE.
KERUKUNAN DI ERA DESRUPSI
Salah satu Penyebab konflik hari-hari ini adalah adanya Disrupsi adalah Perubahan berbagai sektor akibat digitalisasi.
Disrupsi adalah sebuah era terjadinya inovasi dan perubahan besar-besaran yang secara fundamental yang mengubah semua sistem, tatanan, dan landscape yang ada ke cara-cara baru.
Rhenald Kasali, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) mengatakan, Disrupsi semakin hari semakin menguat. Hal ini sejalan dengan berkembang teknologi saat ini . Rhenald menyebut disrupsiakan berlangsung terus menerus dan lama. “Ini masih panjang, kalau disruption masih panjang, tetapi evolusinya akan berlangsung sangat cepat.”
Disrupsi diantara lain : Disrupsi Teknologi, Disrupsi ekonomi, Disrupsi Pendidikan, Disrupsi Agama dan masih banyak lagi yang harus mengalami revolusi 4.0 menuju society 5.0.”
Sedangkan Disrupsi agama ada beberapa faktor seperti :
Faktor Endogen yaitu Pemahaman agama yang sempit dan mengarah pada fanatisme Agama, liberalisasi dan radikalisasi agama, terminologi mayoritas dan minoritas, serta fenomena agama dan aliran sempalan.
Faktor Eksogen adalah Isue-isue Global mengenai ketimpangan ekonomi dan ketidakadilan sosial politik, perlakukan diskriminatif kepada kelompok agama tertentu
Suatu ketika ada teman mengirim video viral tentang perdebatan dialog panas antara Pdt. Josua Tewuh (JT) dengan Pdt. Dr. Ir. Mangapul Sagala. Perdebatan saling merasa benar dan saling menyesatkan, teman saya meminta pendapat saya.
Saya katakan; Pendapat saya mungkin tidaklah berarti. Tetapi coba kita lihat dua respon penting dari Alkitab;
- Respon Yesus, dalam perumpamaan tentang lalang di antara gandum dibiarkan sampai pada saat penuaian barulah Tuhan pisahkan mana ilalang mana Gandum. Jadi yang paham ajaran Alkitabiah tetap pertahankan tanpa harus menghakimi karena hak penghakiman datang hanya dari Tuhan (Matius 13:24-30).
- Respon Paulus, Ia berkata di Filipi, bahwa Rasul Paulus tetap bersyukur karena masih ada orang yang memberitakan Yesus dengan maksud baik atau buruk, karena bagia yang terpenting nama Yesus diberitakan (Filipi 1:15-18).
Note: Bukan kompromi dengan ajaran sesat… Sekalipun di Galatia Pasal 1:8-9, Rasul Paulus mengecam keras terhadap kesesatan, namum di Surat yang sama Rasul Paulus juga mengatakan…Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, AWASLAH, supaya jangan kamu saling membinasakan. Ini cara moderat saya dalam bergama. Perdebatan itu baik jika di kampus, karena akan menambahkan gairah atau semangat untuk belajar, namun tidak elok dalam kita mengimplementasikan iman bersama di dalam kehidupan berbangsa, 1 Timotius 4:16 menjadi warning bagi kita!!!
Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan f dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.
KERUKUNAN ADALAH KERINDUAN TUHAN, Yohanes 17:20-23
Jika kita yang berdoa, maka kita berharap Tuhan tidak hanya mendengar tetapi juga menjawab doa kita. Bagaimana jika Tuhan Yesus yang berdoa…agar kita semua yang mengasihi Tuhan dapat bersatu..?
KETIKA KERUKUNAN MENDATANGKAN KEBERKATAN, Mazmur 133:1-3
Tentu kita semua akan berjuang bersama untuk mewujudkannya, sebab setiap kita tentu merindukan kerinduan yang sama, yaitu; BERKAT TUHAN.
ILUSTRASI: Sekalipun ada anggota tubuh kita yang tidak kita sukai, tetapi tidak seorangpun dari kita yang benar-benar membenci bagian tubuh kita itu hingga kita MEMPLUTOKANNYA. Hendaknya ketika tangan kiri kita gatal, maka tangan kanan akan menolong untuk menggaruknya dan begitu sebaliknya. Ketika tangan kanan bekerja segala yang baik tetap memberikan kebahagiaan kepada tangan kiri yang bekerja di dinas kebersihan dengan segala perhiasan yang baik (Cincin, gelang, arloji).(Harts)