Banyuwangi Jangkarpena.com Bupati Banyuwangi IPUK FIESTIANDANI berkunjung ke rumah pak Sucipto selaku pemilik “Istana Sirsak” adalah salah satu produk hilir pertanian Banyuwangi yang semakin mendapat tempat di pasar nasional. Salah satunya adalah buah kupas beku (frozen fruit) produksi “Istana Sirsak” Banyuwangi yang telah menembus berbagai kota di Tanah Air.
Sucipto, pemilik “Istana Sirsak”, bercerita, modal awalnya hanya Rp150 ribu, dan kini mampu meraup omzet hingga Rp 50 juta per bulan. Usaha yang berada di Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, itu dirintis sejak 2014. Ketika itu, Sucipto melihat potensi sirsak di Banyuwangi cukup berlimpah, namun hilirisasinya belum tergarap maksimal.
“Awalnya saya sedih melihat buah sirsak ini tidak dimanfaatkan maksimal. Lalu saya survei pasar, ternyata ada sirsak yang sudah masak lalu dibuang karena masyarakat tidak bisa mengolah. Sayang sekali, karena sangat bermafaat untuk kesehatan. Lalu terpikir bagaimana memanfaatkannya,” kata Sucipto kepada Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat bertandang ke tempat usahanya. Sucipto lalu tergerak untuk memperpanjang usia sirsak, yakni dengan dibekukan. Bermodal Rp150 ribu, dia bertekad memulai usahanya. Dari modal tersebut, kini omzet penjualannya mencapai Rp. 50 juta per bulan.
Sirsak beku produksi Sucipto telah dipasok ke sejumlah pabrik dan restoran di berbagai kota, seperti Jakarta, Banjar, Bali, Surabaya, dan Mataram. “Permintaan untuk Jakarta dan Banjar saja mencapai 1,5 ton per minggu. Itu pun hanya bisa kami penuhi 1 ton karena bahan bakunya terbatas,” kata Sucipto. Untuk harga, Sucipto membandrol dengan harga yang sangat kompetitif. “Hanya Rp. 15 ribu per paks, masing-masing 1 kg,” kata dia. Per hari, Sucipto bisa memproses sekitar 3 kuintal sirsak matang, menjadi 1,5 kuintal sirsak kupas beku. Dia dibantu 13 karyawan.
“Bahan bakunya saya ambil hanya dari Banyuwangi. Kalau memang stok di sini menipis, saya baru mengambil dari luar daerah. Itu pun jarang karena pelanggan lebih suka sirsak Banyuwangi. Selain rasanya lebih segar, warna daging buahnya juga lebih putih,” kata dia. Tak hanya sirsak, Sucipto kini mulai memproduksi buah beku lainnya, seperti strawberi, mangga, nangka, dan kedondong. Juga sari markisa dan air jeruk nipis beku. “Produk kami asli buah segar tanpa pengawet, gula, maupun bahan campuran lain. Sehingga lebih higienis, aman dikonsumsi,” imbuhnya.
Meski sempat terganggu di awal pandemi, Sucipto bersyukur usahanya masih tetap bertahan. Sucipto berharap bisa mendapat pasokan buah sirsak lebih banyak lagi dari Banyuwangi. Dia ingin membantu warga yang memiliki tanaman sirsak, tanpa harus mendatangkan sirsak dari kabupaten lain. Mendengar hal itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani meminta Dinas Pertanian mendampingi warga guna peningkatan produktivitas sirsak. “Bisnis frozen fruit adalah solusi tepat bagi petani hortikultura saat panennya berlimpah. Komoditas yang tidak sempat terjual bisa dibekukan, jadi tidak membusuk percuma. Jadi usaha ini harus kita dukung,” Jelas Ipuk pada Jangkarpena.com
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi Arief Setyawan menambahkan, untuk membantu ketersediaan sirsak dan markisa, pihaknya akan melakukan sekolah lapang (Good agriculture practises/GAP) untuk petani. Diharapkan, petani bisa membudidayakan kedua komoditas tersebut dengan teknik yang tepat sehingga bisa mendukung ketersediaan sirsak dan markisa di Banyuwangi. “Selain pelatihan, kami juga akan berikan bantuan bibitnya,” ujar Arief. (Romo Kefas/Jangkarpena.com)