Waspadai, Krisis Kepemimpinan Rohani

Waspadai, Krisis Kepemimpinan Rohani

Spread the love

Bandung (19/07/2022) – Hindari dari perilaku dan karakter yang dapat memperlebar krisis kepemimpinan rohani.

Tak ayal lagi fenomena terhadap seorang pendeta atau pemimpin rohani banyak tergeser kearah disfungsi pengabdian dan pelayanan.

Pemimpin tunggal dalam tatanan organisasi kerohanian pada awalnya ada keinginan untuk mengembangkan organisasi, akan tetapi pada akhirnya sebagian mengarah kepada dominasi dan kekuasaan, malah cenderung arogansi kekuasaan yang absolute.

Peristiwa kasus pelecehan rohani semakin mencuat dan yang menarik keluar kepermukaan di era pesatnya Kemajuan IPTEK dan Keterbukaan. Berbeda dengan abad sebelum Masehi.

Sistem Manajemen hanya untuk membentengi diri dari kekeliruan dan ketidak sempurnaan, bagaikan upaya sedang membangun tembok tebal dengan batu nisan bertahtakan marmer.

Sisi lain ,Teknologi informasi dan digital bagai mesin penghancur yang bisa membongkar bangkai didalamnya.

Struktural dan manajemen kerohanian tidak sama dengan perusahaan yang hanya berorientasi kepada peraihan laba.

Menggantikan kursi, menggeser , menurunkan posisi yang dianggap beroposisi, lalu menggantikannya dengan individu yang masih meragukan kredibilitasnya. Yang penting terbentuk formatur ”ABS ”

Apalagi bicara seputar pemimpin sebagai pembicara dimimbar sangat berpengaruh terhadap imajinasi pendengar atau anggotanya. Imajinasi bisa memunculkan bentuk dan persepsi kekaguman adalah merupakan hal yang umum terjadi.

Kecenderungan pendengar menutupi bahkan menimbun kekecewaan terus menerus dengan dalih bahwa TUHAN ADA dan tetap toleran. Ibarat menyimpan bom waktu yang sewaktu waktu bisa meledak menimbulkan dampak yang fatal.

Lemahnya kontrol, kurangnya team yang berfungsi sebagai check and balance makin membawa sosok pemimpin tunggal menjadi pribadi seolah kebal terhadap dosa atau kekeliruan.

Petrus, seorang yang dikaruniakan pewahyuan , Kristus, adalah Mesias Anak Allah yang Hidup, seorang rasul dan sokoguru jemaat di Yerusalem tak kebal terhadap kesalahan.

Itu sebabnya sangat penting bagi pimpinan rohani dalam konteks gereja untuk menanamkan fondasi iman jemaat atau para anggota diatas PETRA, bukan terpusat pada dirinya.

“engkau adalah Petrus (petros) dan di atas batu karang ini (PETRA), Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.
(That thou art Peter, and upon this rock I will build my church !).

Bukan dibangun diatas PETRUS, juga gerejaNYA bukanlah milik ‘petros’ tetapi PETRA (=KRISTUS).

Berapa banyak telah terjadi pelecehan dan manipulasi rohani dalam gereja saat ini??

Pembinaan spiritual yang dilakukan kepada para anggota atau jemaat TUHAN dalam proses pertumbuhan imannya harus mengarah KEATAS, Yakni KRISTUS SANG KEPALA.

Jika KEBENARAN ditempatkan sebagaimana seharusnya, maka pemimpin rohani yang baik dalam pengabdiannya, tidak perlu kuatir munculnya ketidak ketaatan dan rasa hormat dari para anggota, yang adalah JemaatNYA karena TUHAN MAHA HADIR , turut berperkara dan menyatakan penyertaanNYA.

Niscaya jemaat TUHAN akan memiliki landasan iman yang kokoh. Sehingga dalam menghadapi persoalan hidupnya disamping mendapatkan arahan, wejangan yang berasal dari Kebenaran Firman TUHAN dari pemimpin rohaninya , maka merekapun akan selalu bersandar kepada kekuatan TUHAN.

Hingga pada saatNYA kaderisasi dan regenerasi akan berlanjut.

Penulis : Lukman Pandji. Editor :Romo Kefas

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!