Menguatnya seni budaya nusantara di tengah gempuran budaya asing

Menguatnya seni budaya nusantara di tengah gempuran budaya asing

Spread the love

Jakarta – Indonesia yang oleh presiden Joko Widodo ada 714 suku dan 1001 bahasa, sekalipun ada pendapat lain seperti dalam sensus penduduk tahun 2010 mengatakan ada 1331 kelompok suku, namun apapun itu menunjukan bahwa Indonesia memang beragam dan berwarna.

Keberagaman ini pula yang kemudian memunculkan beraneka tradisi adat dan budaya yang tersebar di nusantara.

Termasuk kemudian muncul seni tari dan juga seni suara dan juga alat music pengiringnya.

Tentu kekayaan budaya dan ragamnya ini merupakan modal dasar yang kuat sebagai identitas bangsa Indonesia yang patut terus dijaga dan dirawati.

Namun keindahan dan kekayaan seni budaya saat ini sedang terancam adanya ideology trasnasional yang mencoba menggatikan budaya itu dengan dalih perintah agama, miris.

Kalau sampai hal itu terjadi tak ada lagi yang menjadi kebanggaan bangsa ini, maka agar keberagaman dan budaya tetap terpelihara dengtan baik bagi anak bangsa yang masih peduli dengan peninggalan budaya leluhur ini harus segera bangkit untuk kembali menata warisan adiluhung itu menjadi andalan dan kebanggaan kita bersama.

Kenapa sama-sama tahu keadiluhungan bangsa ini sudah terbukti beberapa tokoh dunia menganguminya, seperti saat ada pameran budaya di luar negeri selalu mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat dan tokoh di mana pameran itu di gelar.

Tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 26 Juni 2021 , pada dua kota di hongaria Szaged dan Budapest diadakan sebuah festival budaya Indonesia bertajuk “Indonesian Week”. Faktanya, gelaran tersebut ternyata menjadi yang pertama mendapat izin diselenggarakan setelah rangkaian restriksi atau pelarangan kegiatan yang mengumpulkan massa diberlakukan di kota Szeged selama situasi pandemi terjadi.

Selain sambutan Hongaria juga ada di Beograd, Ibu Kota Serbia demikian juga dan Belanda mereka menyambut saat pameran budaya diselenggarakan.

Keidahan nusantara juga menarik beberapa artis dunia memutuskan tinggal beberapa hari di Indonesia John Legend, Raja Salman dari Arab Saudi, pembalap Valentino Rossi, aktris Gwyneth Paltrow, Paris Hilton, artis Jepang serta Korea seperti Gong Yoo pergi ke Lombok. Song Joong Ki liburan ke Bali. Park Bo Gum malah asyik wisata kuliner di Jakarta. Masih banyak lagi tokoh tokoh dunia lainnya.

Logika sederhana

Sebagai bangsa yang besar memang tak lantas bisa menutup diri dengan masuknya budaya asing, apalagi era kerterbukaan dengan sistem digital yang sangat mudah mendapatkan informasi dan juga tawaran.

Namun ketika berpikir secara sederhana sehebat apapun budaya manca ketika kita telan mentah tidak akan seehbat aslinya, ibaratnya apapun imitasi atau tiruan itu tidak akan seindah dan semahal aslinya, demikian juga dengan budaya.

Mungkin kita bisa menirukan atau memakai budaya manca misalnya saja dalam tataran music aliran Amerika, pertanyaannya kemudian yang muncul selihai apapun itu tidak akan melebih asal music itu sendiri. Demikian juga dengan fashion dan sebagainya.

Sementara di negeri ini saja adat kebiasaan itu sendiri tersebar dari Merauke hingga Sabang, dan ketika kita gelarkan menjadi sebuah konser menjadi sebuah tontonan yang maha dasyat dan indah.

Tentu masih ingat beberapa kali ditampilkan tarian dari berbagai daerah di sebuah perayaan seperti Natal Nasional yang ketika itu di komandani Letjen (Purn) TB Silalahi. Kemudian saat pembukaan ceremonial Asian Games 2018 begitu mempesona hasil besutan Wisnutama yang berhasil memadukan music modern serta etnik dari tarian dan lagu nusantara, sehingga peserta bahkan dunia mengangguminya.

Dari apa yang di kerjakan wisnuthama bos Net TV ketika itu langsung diganjar menjadi salah satu menteri kebudayaan kabinet presiden Joko Widodo, meskipun akhirnya di reshulfe.

Berangkat dari kekayaan seni budaya yang ada inilah, seharusnya menjadi dasar dalam berkesenian dan berbudaya. Saat ini kita memang patut berbangga di tengah gencarnya gempuran budaya asing seperti Ki Pop Korea, China serta budaya berpakaian Arabis dan tentu Amerika dan Eropa. Kemudian lahir generasi yang berhasil memadukan antara budaya asli nusantara dengan berbagai budaya asing tersebut dalam bentuk bermusik serta fashion.

Kita menemukan Sosok Alm Didi Kempot misalnya dia berhasil mempopulerkan bermusik yang berangkat dari ke Jawaannya. Sebelumnya ada Manthous yang dikenal tokoh music campusari dengan memadukan gamelan Jawa dengan alat-alat music modern.

Demikian juga anak-anak muda NTT seperti Omesth, Ambon dan Papua yang juga memadukan antara musk modern dengan music yang berakar dari asli asalnya. Pun dengan suku-suku yang lain Minang, Batak seperti Vicky Sianipar dengan music Khas Bataknya dan juga Aceh dengan ciri mereka tetap berkreasi memadukan modernisasi dengan musiik asli.

Selain itu di bidang fashion perpaduan kain kebaya atau kain asli daerah yang dipadupadankan dengan jenis pakaian yang lain misalnya songkok, tudung kepala wanita serta baju atau pakaian yang ditawarkan menjadi sebuah perpaduan yang indah.

Dengan fenomena anak-anak muda seperti fashion week SCBD dan juga daerah-daerah lain patut di tata dan di arahkan oleh pemangku kepentingan. Agar kreatifitas anak bangsa dalam menjaga kelanjutan budaya yang dimodefikasi ini tetap bisa berjalan, sebagai bagian memelihara budaya bangsanya.


Di harapkan dengan kreatifitas anak-anak muda ini akan lahir suatu budaya baru yang tetap berangkat dari akar budayanya, sehingga jika berpakaianpun tidak seterbuka ala Barat, namun juga tidak tertutup hingga wajah ala- Arab atau Timur Tengah, sekalipun saat ini di Timur Tengah khususnya Arab banyak perempuannya yang sudah terbuka.

Demikian juga dengan bermusik akan menggunakan bahasa lokalnya Jawa, Batak, NTT, Papua, Aceh dan Minang serta daerah lainnya dengan iringan musuik modern sekalipun.

Sehingga bisa dikatakan ini Indonesia bung. Artinya kekayaan kami sudah banyak dan melimpah namun tetap menerima unsur luaran tanpa menghapus identitas budaya yang ada.

Maka jika ini terus lahir anak-anak bangsa yang mencintai budayanya, tak perlu lagi kuatir sekalipun gempuran budaya manca itu kuat namun disisi lain akan memunculkan kekuatan baru untuk menghalanginya.

Penulis :Yusuf Mujiono (Ketum Pewarna Indonesia – Ceo Majalahgaharu Group)

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!