OJK Prioritaskan Perempuan Indonesia dalam Peningkatan Literasi-Inklusi Keuangan

OJK Prioritaskan Perempuan Indonesia dalam Peningkatan Literasi-Inklusi Keuangan

Spread the love

Jakarta, jangkarpena.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprioritaskan peningkatan literasi dan inklusi keuangan pada perempuan Indonesia. Hal ini disebabkan tingkat literasi dan inklusi keuangan pada kelompok perempuan masih rendah, sehingga program edukasi keuangan tersebut terus gencar dilakukan OJK.

Hal itu disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Friderica Widyasari Dewi pada kegiatan edukasi keuangan bagi perempuan UMKM dalam rangka Memperingati Hari Katini dengan tema “Perempuan Cerdas Keuangan, Perempuan Indonesia Hebat” di Aula Serba Guna Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jakarta, Selsa (23/4/2024).

“Kenapa perempuan kita masukkan segmen perempuan di prioritas? Pertama, perempuan ini merupakan salah satu aktor ekonomi yang utama untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan berbisnis,” kata Friderica.

Menurut Friderica, perempuan juga memiliki peran penting di dalam pemberdayaan keluarga serta menjadi sumber informasi literasi keuangan pertama bagi anak-anaknya di rumah.

“Jadi, dengan kita mengedukasi ibu-ibunya, secara tidak langsung kita juga menyiapkan generasi selanjutnya untuk melek keuangan,” ujar Friderica.

Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK), indeks literasi dan inklusi keuangan perempuan pada 2019 masing-masing sebesar 36,13 persen dan 75,15 persen. Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki dengan indeks literasi mencapai 39,94 persen dan inklusi 75,15 persen.

Oleh sebab itu, pada 2020 hingga 2022, OJK menjadikan perempuan sebagai sasaran prioritas dalam arah strategis literasi keuangan.

Kemudian, indeks literasi keuangan perempuan di tahun 2022 menjadi lebih tinggi yakni sebesar 50,33 persen dibanding laki-laki 49,05 persen.

Namun, indeks inklusi keuangan laki-laki masih tetap lebih tinggi yakni sebesar 86,28 persen, dibanding indeks inklusi keuangan perempuan di angka 83,88 persen.

Hasil survei tersebut, kata Frederica, menjadi catatan bagi OJK agar kesenjangan atau gap antara literasi dan inklusi keuangan bisa dipersempit baik pada perempuan maupun laki-laki.

OJK bekerja sama dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi DKI Jakarta (PPKUKM) menyelenggarakan kegiatan edukasi keuangan bagi perempuan di wilayah DKI Jakarta.

Friderica mengatakan kegiatan edukasi keuangan yang diikuti para perempuan pelaku UMKM di Jakarta itu sekaligus dalam rangka memperingati Hari Kartini. Kegiatan tersebut menjadi wahana bagi otoritas untuk meningkatkan aspek inklusi keuangan pada perempuan.

“Ibu-ibu peserta kegiatan edukasi, mereka sebenarnya sudah punya bisnis seperti makanan, kerajinan tangan, fesyen, kecantikan, dan lain-lain. Mereka sudah punya kemampuan untuk membuat sesuatu yang bernilai ekonomi. Tetapi, bagaimana kemudian sektor jasa keuangan harus mendukung mereka untuk bisa mengakselerasi bisnisnya,” kata dia.

Friderica berharap pelaku sektor jasa keuangan bisa membantu perempuan pelaku UMKM dari sisi permodalan sehingga kapasitas bisnis mereka bertumbuh lebih besar.

Selanjutnya, setelah perempuan pelaku UMKM sudah terinklusi, para pemangku kepentingan lainnya diharapkan ikut mendampingi mereka dan membantu membangun kesadaran terhadap pengelolaan keuangan yang baik sehingga bisnis menjadi berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!