Pertemuan Empat Mata Biden-Putin di Swiss

Spread the love

Jakarta, Jangkarpena.com  – Pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Jenewa, Swiss membuahkan hasil. Keduanya sepakat untuk melanjutkan pembicaraan nuklir yang terhenti dan mengembalikan duta besar mereka ke pos luar negeri pada Rabu (16/6/2021).

Dalam konferensi pers, Putin mengatakan pembicaraannya dengan Biden sangat produktif. “Tidak ada permusuhan” katanya dikutip dari CNBC International.

Hal senada juga dikatakan Biden yang menyebut ‘kopi darat’ keduanya baik dan positif. “(Pembicaraan itu tidak) dilakukan dalam suasana hiperbolik, itu terlalu banyak dari apa yang sedang terjadi,” jelasnya.

Soal nuklir, AS membahas perpanjangan Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru (New START) dengan Rusia untuk lima tahun lagi. Pertemuannya dengan Putin juga mencapai kesepakatan bahwa konsultasi tentang “stabilitas strategis” alias persenjataan nuklir akan dilanjutkan antara kedua negara.

“AS dan Rusia akan bersama-sama memulai “Dialog Stabilitas Strategis” bilateral yang terintegrasi dalam waktu dekat. Kami berusaha meletakkan dasar untuk pengendalian senjata di masa depan dan langkah-langkah pengurangan risiko,” kata pernyataan bersama yang di-tweet oleh Kementerian Luar Negeri Rusia.

New START merupakan satu-satunya perjanjian pengendalian senjata yang berlaku antara Washington dan Moskow kini. Sebelumnya mantan Presiden AS Donald Trump menarik diri dari perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF).

Mirip dengan perjanjian INF, New START membatasi persenjataan nuklir Washington dan Moskow. AS dan Rusia memiliki bagian terbesar dari senjata nuklir dunia.

Keduanya juga setuju membuka kembali perwakilan kedua negara setelah penarikan beberapa bulan lalu. Saat ini, baik duta besar Rusia untuk AS, Anatoly Antonov, maupun duta besar Washington untuk Moskow, John Sullivan, tidak ditempatkan di posnya.

Kedua pria itu ditarik kembali psetelah Biden mengumumkan putaran baru sanksi AS yang ditujukan untuk menghukum Rusia. Ini akibat serangan siber besar-besaran tahun 2020 lalu terhadap lembaga pemerintah Amerika.

Akibatnya, operasi konsuler, visa, dan layanan diplomatik lainnya di kedua negara secara efektif terhenti. Kerusakan ini memiliki efek riak pada industri, keluarga dan kelompok bantuan yang menjaga hubungan di kedua negara.

Khusus kejahatan siber, keduanya akan membuat kerangka kerja untuk pemahaman bersama bahwa serangan terhadap target tertentu. Seperti infrastruktur penting, akan diperlakukan lebih serius oleh kedua negara (Romo Kefas)

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!