Petani Desa Jarakan Tersenyum Dalam Tangisan, Potret Sosial Sistem Jual Paska Panen

Petani Desa Jarakan Tersenyum Dalam Tangisan, Potret Sosial Sistem Jual Paska Panen

Spread the love

 

Tulungagung, JP news. Kausatif dan masif,sebuah kata yang patut diucapkan,ketika jangkarpena berkunjung kedesa Jarakan kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung ,Jum’at,( 10/03/23).
Kepala desa Jarakan Su’ad bagiyo,S.H ,yang menjabat kepala desa, Sejak akhir tahun 2019,menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan sistem Pertanian ,dari Pra tanam dan paska panen.
Berbagai terobosan telah dilakukan dan di evaluasi, khususnya sistem irigasi yang Ada didesanya, yang menurutnya banyak sekali peningkatan infrastrukturnya, tetapi tidak diikuti dengan harga gabah kering yang baik, tidak sesuai dengan biaya produksi yang dikeluarkan Oleh Petani.

Permasalahan klasik yang sampai Saat ini terjadi di desa Jarakan adalah pupuk bersubsidi, dan saluran irigasi yang kurang baik, terjadi kebocoran di mana mana. Sehingga debet air yang masuk ke sawah Petani menjadi kecil, hal ini menyebabkan petani tidak bisa menanam padi tiga Kali dalam setahun, melainkan sekali setahun. Akibatnya harga Sewa tanah sawah tidak bisa bagus,Tehnik sewa menjadi sistem oyot( alar) bukan tahunan,sebab sawah masih tadah hujan.

Dalam masa jabatanya,sampai sekarang sudah tiga tahun berjalan, kepala desa ini telah menjalin hubungan,dengan berbagai pihak antara lain media, Dinas pengairan, BBWS brantas, hal ini dimaksudkan untuk membuat solusi terbaik demi petani didesa Jarakan bisa tersenyum ketika permasalahan irigasi ini bisa selesai, sebab sebelumnya petani harus menggunakan Pompa air dan menggunakan disel sebagai penggeraknya. Alhasil Petani selalu kalah dalam produksi. Persoalan BBM jenis solar menjadi Salah satu kendala distributor, sebab membutuhkan rekomendasi dari pertamina.

Area sawah Petani desa Jarakan adalah 47 hektar didalamnya termasuk tanah Kas desa dan pemajakan milik masyarakat potensi desa yang begitu baik, tetapi tidak termanfaatkan dengan baik.
Melalui komunikasi yang baik dan pendekatan, serta study kasus yang komprehensif akhirnya terbentuk solusi, melalui pengusulan, serta personal aproach,akhirnya berbagai Pihak antara lain Dinas pengairan, Kodim 0807,perum jasa tirta, bisa menciptakan kondisi pengairan sawah bisa lebih baik, serta pengawasan pertanian tidak luput dari perhatian Babinsa sebagai aplikasi Nawacita ,yang ditetapkan oleh Joko Widodo sebagai bentuk kepedulian terhadap pertanian sebagai soko guru Bangsa Indonesia, Akhirnya desa Jarakan bisa memiliki 400 m saluran tersier, 30 m talut,dan tempat Dosh( Alat perontok gabah).

” Permasalahan pertanian didesa ini sebenarnya tidak rumit,tergantung keinginan masyarakatnya, Karena Semenjak dulu irigasi adalah yang utama, Dan pupuk subsidi,Kita selalu pendekatan ke Dinas terkait, Dan nyatanya semua realisasi saluran dan talut “paparnya.

Dilematis dan tragis, lepas dari mulut harimau masuk mulut buaya, pepatah ini yang patut dianalogikan dengan Petani didesa Jarakan, sistem irigasi yang sudah baik ,berakibat baik bagi Petani, sebelumnya sistem Sewa tanah memakai sistem oyotan, sekarang Sudah bisa pertahun,hal ini disebabkan Oleh masa tanam yang menjadi tiga periode.Dengan baiknya sistem irigasi, produksi gabah petani menjadi melimpah, tetapi Petani mengeluhkan harga jual yang rendah, seperti yang dituturkan Saeni berikut ini,
” Sejak dua tahun lebih kita sudah bisa panen tiga kali dalam setahun, seperti desa sebelah, tetapi harga gabah menurun, ini yang bikin mumet “, tuturnya.

Menanggapi keluhan dari masyarakat semacam ini, Su’ad bagiyo, S. H, memberikan penjelasan kepada awak media, ” Kita optimalkan pembangunan toko TANI,pengotimalan fungsi BUMDES, agar bisa menghandel semua kebutuhan Petani dari Hulu ke hilir”.jelasnya.

Berbagai upaya telah ditempuh,untuk mengantisipasi hancurnya harga gabah, tetapi Dinas pertanian dengan para penyuluhnya, serta Bulog sebagai Penampung gabah petani.
Kedua lembaga plat merah ini belum sampai ke inti persoalannya, sebab masih banyak tengkulak gabah yang BISA membeli dibawah harga pasar, jadi gerak cepatnya tengkulak ini bisa mencairkan Dana sewaktu waktu, akhirnya Petani biasana BON ke tengkulak, sebelum Dipanen,hal ini diungkapkan Suad( nama akhirnya),
” Petani mengeluh harga gabah turun,tak sebanding biaya produksi, Dan Kita akan upayakan, Bulog sebagai penyetabil harga, Kita akan datangi, dan yang paling membuat aku kecewa, dinas pertanian Tulungagung dan Bulog,ditengah persoalan ini seakan Tak peduli, dan Penyuluh pertanian hanya dikantor,aTak pernah menjawab kaitan polemik harga pasar “, Tungkasnya.

Berbagai hal yang telah dicapai selama tiga tahun terakhir ini antara lain, saluran tersier,talut,papan landas dosh, JUT( Jalan Usaha Tani), Dan berbagai hal yang berkaitan pemanfaatan lahan pertanian, (Hur)

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!