REFLEKSI HARI KARTINI DALAM PERSPEKTIF IMAN KRISTEN

REFLEKSI HARI KARTINI DALAM PERSPEKTIF IMAN KRISTEN

Spread the love

R.A. Kartini
Setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. RA Kartini meninggal pada 17 September 1904 pada usia 25 tahun, tidak lama setelah melahirkan anak pertamanya, Soesalit Djojodhiningrat. Karena lahir di masa penjajahan, masih terdapat kesenjangan hak antara laki-laki dan perempuan terutama dalam bidang pendidikan. Kartini hanya mendapat pendidikan sampai setara Sekolah Dasar (SD) di Europesche Lagere School (ELS) dan oleh ayahnya, Kartini diminta untuk menjadi putri bangsawan dan menaati adat istiadat. Setelah sekolah, Kartini banyak menghabiskan waktu di rumah, namun Kartini tidak hanya berdiam diri begitu saja, melainkan banyak menghabiskan waktu menggali ilmu pengetahuan dengan membaca buku. Peringatan Hari Kartini memiliki makna terkait emansipasi dan hak-hak perempuan. Perempuan modern sudah dapat mewujudkan mimpi-mimpinya tanpa dibatasi oleh apapun. Untuk itu, kita perlu melanjutkan perjuangan RA Kartini dengan menjadi perempuan bermartabat, hebat dan tak terbelenggu gender.

Perempuan Dalam Perspektif Alkitab
Perspektif Perjanjian Lama (PL)
Alkitab menggunakan kata ‘ish’ untuk lelaki dan ‘issah’ untuk perempuan yang secara linguistik tidak berhubungan. Namun apa maknanya?
Seorang laki-laki menemukan kepenuhan diri ketika ia berhadapan dengan istrinya yang menjadi mitra hidup seumur hidupnya.

Keduanya dipersatukan dalam satu daging untuk membentuk keluarga Ilahi.

Lelaki (ish) menemukan kesempurnaan di dalam perempuan (issah) untuk menambal ketidaksempurnaan dalam dirinya.
Tatkala ‘issah’ (perempuan) dilukai, maka ‘ish’ pun mengalami hal yang sama.

Itulah makna menjadi satu daging dan seorang lelaki yang menemukan kesempurnaan di dalam perempuan. Jadi sejatinya perempuan adalah penentu pelengkap menyempurnakan kehidupandan dan suksesnya seorang lelaki.
Alkitab menceritakan peran seorang laki-laki dalam budaya patrilinear sehingga wanita dalam Perjanjian Lama (PL) seolah-olah memiliki kedudukan yang “sedikit lebih rendah”. Ada tiga hal yang tidak boleh dilakukan oleh seorang wanita dalam PL, yakni:

  1. Wanita tidak boleh menjadi imam.
  2. Wanita tidak boleh campur dengan laki di ibadah.
  3. Wanita tidak boleh menjadi saksi di pengadilan.

Dikarenakan seluruh tubuh atau anggota tubuh wanita mengandung keindahan yang dapat menimbulkan rangsangan birahi pada lawan jenisnya, maka seorang wanita di PL diwajibkan berkerudung. Kerudung pertama ditemukan pada undang-undang libstar tahun 160 SM pada jaman Hamurabi di Mesapotomia. Bahkan selain berkerudung, seorang perempuan memakai purdah atau menutup semua wajah kecuali mata. Menurut Cig, asal usul jilbab sudah dilacak sejak peradaban Sumeria di wilayah Mesopotamia (kini wilayah Irak Tenggara) 5.000 tahun silam.

Perspektif Perjanjian Baru (PB)
Perempuan PB yang sangat inspiratif dan memiliki andil dalam sejarah penebusan adalah Maria, ibu Yesus. Maria perempuan virgin atau ‘almah’ (עַלְמָה) atau parthenos (παρθένος), menyandang dua gelar ibu. Gelar pertama yakni ibu secara biologis (μητηρ/meter/mother) maksudnya bahwa dari semua perempuan di dunia ini, Maria terpilih untuk mengadung Yesus. Maria adalah perempua istimewa dan terseleksi dalam perspektif Tuhan karena tidak mungkin Tuhan sembarangan memilih perempuan dalam melahirkan Juruselamat apalagi tidak perawan (virgin) dan tidak ada pada jalur janji keselamatan. Gelar kedua Maria yakni menyandang gelar sebagai ibu secara ilahi (γυναι/gunai/women), maksudnya bahwa kandungan Maria dipakai Allah untuk melahirkan Juruselamat. Maria adalah perempuan desa polos dan bersahaja yang adalah satu-satunya perempuan yang melahirkan Juruselamat, penyelamat umat manusia secara virgin birth.

Perempuan Dalam Perspektif Yesus
Yesus dalam pelayanannya banyak disokong oleh perempuan-perempuan yang taat dan setia hingga kematian dan kebangkitan-Nya, “Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka” (Lukas 8:1-3). Perspektif Yesus tentang peran perempuan dalam PB adalah:

1. Yohanes 4:1-42. Percakapan Yesus dengan perempuan Samaria ini menunjukkan pengabdian-Nya kepada tujuan Bapa-Nya di sorga serta keinginan-Nya yang mendalam untuk menuntun orang ini kepada hidup kekal. Perempuan ini merupakan penduduk wilayah utara yang dulunya bagian dari kerajaan Israel. Perempuan Samaria ini setia melakukan persembahan di Bukit Gerizin, sama seperti umat Yahudi Yerusalem. Inti percakapan ini dalam perspektif Yesus adalah bahwa Ia ingin merekonsiliasi etnis, bangsa, gender dan budaya. Bagi Yesus, Ia datang untuk semua suku bangsa atau etnis, Yesus tidak mendiskriminasi gender apapun dan Yesus menguduskan budaya yang telah berdosa bahwa laki tidak lebih tinggi derajatnya dari perempuan, kini semuanya telah sama derajatnya di hadapan Tuhan yakni orang berdosa yang diampuni.
2. Perempuan saksi kebangkitan.
Maria Magdalena sebagai orang pertama yang datang ke kubur Yesus. Maria-lah yang kemudian memberitakan kepada para murid Yesus yang lainnya bahwa kubur Yesus telah kosong. Ia juga yang pertama kali menyaksikan atau bertemu dengan Yesus yang telah bangkit dari antara orang mati (Yoh. 20:11-18). Dalam perspektif hari Kartini, maka sesungguhnya ada dua wanita yang sangat berperan dalam kesuksesan seorang pria yakni ibu yang mengandung dan istri yang bersama-sama membangun rumah tangga di saat suka dan duka serta membuat seorang pria menjadi sukses. Kesuksesan seorang suami karena ada seorang istri yang mendoakan dan mendukung di belakangnya. Peran perempuan sangatlah indah dan tidak dapat dilakukan seorang laki karena istrilah yang merawat dan mendoakan suami dan melahirkan serta merawat anak. Perempuan adalah pewaris kerajaan sorga. Jantung rumah adalah istri, jika istri tidak bahagia, maka seisi rumah akan tampak seperti neraka; untuk itu sayangi istri agar suasana rumah seperti di surga.
Oleh sebab itu, dalam perspektif Alkitab tidak ada perbedaan gender dan status di hadapan Tuhan, untuk itu Yesus datang untuk merestorasi hal ini. Akhirnya seperti kata Alkitab, “Dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu” (Kolose 3:11). Selamat Hari Kartini. Mazal Ubrakha.

Oleh: Sarlotha Papilaya & Anthonetha Tfuakani

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!