Candi Brobudur Akan Segera Dikukuhkan Oleh GMRI Sebagai Pusat Peradaban Dunia

Candi Brobudur Akan Segera Dikukuhkan Oleh GMRI Sebagai Pusat Peradaban Dunia

Spread the love

Jakarta – Candi Brobudur merupakan karya masterpsise bangsa Nusantara pada ratusan abad silam. Sempat terbengkelai sejak abad ke -10 Masehi karena pindahnya pusat pemerintahan dan akibat meletusnya Gunung Merapi pada tahun 1006. Setelah melalui berbagai tahapan restorasi Candi Brobidur akhirnya diakui sebagai warisan budaya dunia terserah dan unik dalam bentuk arsitektur dan presisi yang tidak ada duanya.

Sebagai simbol dinasti kejayaan Syailendra, Maha karya arsitektur dan seni yang monomental ini, pantas menjadi pusat peradaban dunia.

Program dan rencana pemerintah Indonesia pun, seperti tak pernah kesamaian untuk menjadi obyek wisata budaya spirutual yang jelas memiliki nilai-nilai religius yang tinggi hingga dapat dijadikan tujuan ziarah keagamaan umat Budha se dunia yang mampu menjadi tempat medulang uang tiada batas seperti contoh dari magnet Ka’bah yang harus memberlakukan jatah kuota bagi umat Islam yang berduyun-duyun dalam antrean panjang setiap tahun.

Kecuali itu, kunjungan umat Hindu dan Budha dunia ke Candi Brobudur sebagai rangkaian dari upacara keagamaan masih bisa dikembangkan lagi dengan menyandingkan Candi Muara Jambi dan Candi Muara Takus di Sumatra yang tak kalah dakhsyat unik dan menarik, karena dibuat berbeda dengan Candi Brobudur maupun Prambanan serta Candi lainnya di Pulau Jawa yang dibuat dari batu granit muntahan dari Gunung yang ada di Jawa.

Tingkat kekerasan batu itu juga dapat menjadi takaran dari usianya yang cukup tua, hingga tak perlu terlalu risau akan mengalami keausan atau tergerus oleh proses alam maupun ulah usil manusia yang tidak menghargai nilai seni dari suatu peradaban masa silam yang patut menjadi sumber inspirasi dan pelajaran untuk bersikap lebih bijak.

Agaknya, beranjak dari hasrat besar memposisikan Candi Brobudur di Muntilan, Magelang, Jawa Tengah itu GMRI sudah merintis langkah strategis dan taktik untuk mengusung sejumlah komplek percandian dengan memulai dari Brobudur agar lebih terbuka dan dapat dikenal warga masyarakat dunia sebagai warisan peradaban bersama yang patut dijaga, dilestarikan, dan dimanfaatkan lebih maksimal guna membangun nilai budi daya manusia dakam menyongsong peradaban baru.

Pilihan utama mengedepankan Candi Brobudur sebagai program besar GMRI yang kelak diharap bisa meliputi seluruh kekayaan besar peninggalan sejarah masa bangsa Indonesia, bukan lantaran Candi Brobudur telah menjadi warisan budaya dunia oleh UNESCO pada tahun 1991, tetapi karya leluhur bangsa Nusantara ini yang pernah merepsentasikan monumen keagamaan semasa dinasti Syailendra. Konon arsitektur serta konstruksi dari Candi yang dibangun sejak abad ke 8 ini dirancang oleh Gunadharma.

Karena memang pemugaran secara besar-besaran oleh pemerintah bersama UNESCO berlangsung selama 10 tahun terbilang dari tahun 1973 hingga 1983, hingga hampir sepuluh tahun kemudian (1991) dikukuhkan sebagai warisan budaya dunia. Meski restorasi yang pernah dilakukan untuk Candi Bribudur ini sudah dilakukan pada Agustus 1907 -1908 oleh Belanda dengan biaya yang tidak sedikit jumlahnya yang pertama 48.800 gulden lalu ditambah lagi 34.600 gulden. Cerita restorasi Candi Brobudur ini hanya untuk membenahi stuoa induk dan stupa teras serta dinding lorong dan langgar langkah (Rupadhatu) serta selasar yang baru benar-benar rampung pada tahun 1911.

Jika percaya pada desertasi sejarawan J.G. de Casparis yang telah diterbitkan pada tahun 1950, ia yakin yang mendirikan Candi Brobudur adalah Smaratungga pada saat dinasti Syailendra tengah berkuasa antara tahun 782-812. Setidaknya, begitulah pamor dari peninggalan masa silam yang telah memiliki nilai histori, budaya religiusitas yang tinggi untuk ikut mengangkat derajat dari jiwa suku bangsa Nusantara yang bersepakat menyatu dalam satu wadah Negara Kesatuan Reoublik Indonesia.

Artinya sejarah panjang Candi Brobudur minimal seperti itulah, jika belum sempat diusut sejak awal mula didirikan 14 abad silam.

Kesaksian sejarawan Peter Carey yang menemukan Candi Brobudur sejak ditinggal masyarakat setempat karena meletusnya Gunung Merapi. Dan VOC telah menemukan Candi Brobudur pada abad 17 dari Insinyur Carl Fruedrich Reimer asal Prussia. Karena Candi Brobudur sudah tidak pernah digunakan lagi sejak Gunung Merapi meletus pada tahun 1006 Masehi. Sejak itu, pusat pemerintah pun dipindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.

Candi Brobudur dalam garis besarnya memuat tiga simbol yang tergambar pada tiga tingkatan tabiat manusia, yaitu Khamadatu yang meluluskan nafsu manusia, lalu Ruphadatu upaya manusia memerangi hawa nafsunya, hingga berpindah pada Arupadhatu yang terbebas dari sikap dan sifat manusiawi dan duniawi. Jadi wajar, bila banyak ahli mengatakan arsitektur Candi Brobudur merupakan perpaduan filisofi Budha dan Budaya Nusantara. Di dalamnya terdiri dari 2.500 relief dan 504 patung serta dengan kubah pusat sebanyak 72 patung yang berada di dalam stupa.

Atas dasar demua itu pula, GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Infonesia) sebagai motor penggerak dari kesadaran kebangkitan spiritual bangsa Indonesia untuk memimpin bangsa-bangsa lain di dunia dalam bentuk programatis yang strategis mulai direalisadikan secara bertahap.

Hasil umusan dari pertemuan GMRI, 14 September 2022 di Jl. Juanda Raya No. 4 Jakarta Pusat, memantapkan progran untuk memposisikan Candi Brobudur sebagai pusat peradaban dunia memiliki energi spiritual yang mampu untuk membangkitkan kesadaran manusia membangun peradaban baru. Dan revolusi mental yang telah berulang kali dicoba dan gagal, kini akan segera terwujud melalui serangkaian gerakan yang dimotori GMRI melalui beragam program, termasuk penerbitan buku, kunjungan ke berbagai negara serta pertemuan persaudaraan antar bangsa dan seminar bersama bangsa-bangsa lintas agama di Indonesia.

Jakarta -Banten, 14 September 2022

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!