Enam Pengelola Situs Warisan Budaya Dunia Di Indonesia Perkuat Jejaring

Enam Pengelola Situs Warisan Budaya Dunia Di Indonesia Perkuat Jejaring

Spread the love

Yogyakarta (26/04/2024) jangkarpena.com – Para pengelola situs Warisan Budaya Dunia di Indonesia diminta saling memperkuat jejaring, memperluas cakrawala pengetahuan dan mengidentifikasi peran serta kontribusi dalam sistem pengelolaan warisan dunia UNESCO. Terdapat enam situs Warisan Budaya Dunia di Indonesia yaitu Candi Borobudur, Candi Prambanan, Situs Sangiran, Sistem Subak Bali, Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto dan Sumbu Filosofi Yogyakarta.

Arahan tersebut disampaikan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X saat membuka Seminar Hari Warisan Dunia 2024 di The Malioboro Hotel & Conference Center, Rabu (24/04) lalu. Seminar bertema ‘Membangun Jejaring dan Komitmen Para Pengelola Warisan Dunia di Indonesia: Bersama – Berdaya – Berjaya’ yang diinisiasi Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY dalam rangka memperingati Hari Warisan Dunia 2024 ini berlangsung hingga Kamis (25/04).

Sri Sultan menyatakan dalam semangat kebersamaan dan kerjasama, seminar ini dapat menjadi momentum positif dalam upaya pelestarian warisan budaya. Dengan berbagi dan berinsiatif, membuka peluang pengelolaan yang lebih baik tidak hanya dalam konteks nasional tetapi juga global. Seminar ini juga sekaligus diharapkan menjadi titik tolak untuk lebih banyak lagi inovasi dan kerjasama dalam menjaga warisan yang merupakan hal milik bersama umat manusia.

“Mari kita bahu membahu bersama membangun masa depan di mana warisan budaya dan alam kita tidak hanya bertahan tapi juga bertumbuh subur menjadi sumber kebanggaan dan inspirasi generasi yang akan datang.Dalam keragaman dan keindahan warisan dunia kira menemukan kekuatan bersama, kekuatan untuk berdaya dan berjaya untuk warisan yang lestari,” paparnya.

Raja Keraton Yogyakarta tersebut mengungkapkan Konvensi UNESCO pada 1972 mengingatkan tanggung jawab bersama untuk melindungi warisan budaya dan alam dunia di tengah perayaan keberagaman tersebut. Tanggung jawab ini bukan hanya untuk kepentingan estetika semata melainkan sebagai suatu kewajiban moral melestarikan kekayaan budaya dan alam bagi kemanusiaan. Hari Warisan Dunia yang diperingati setiap 18 April adalah simbol dari kesadaran global pentingnya menjaga warisan budaya.

“Para pengelola Warisan Budaya Dunia di Indonesia sebagai garda terdepan dalam perlindungan ini memiliki peran critical. Tak hanya menjaga, mereka adalah story teller, pelindung dan penggerak dalam upaya melestarikan nilai penting luar biasa dari situs-situs ini. Sesuai tema, kesemuanya adalah seruan manunggalnya aksi, pengakuan atas tanggung jawab kolektif dan penghormatan kepada para leluhur yang telah mewariskan keagungan budaya dan sejarah,” terang Sri Sultan.

Selain itu, Sri Sultan menyebut seminar ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga dan melestarikan warisan dunia dan alam di Indonesia. Kegiatan ini sekaligus berusaha menguatkan pemahaman tentang peran dan tanggung sebagai pengelola dan penjaga warisan melalui dialog dan pertukaran pengalaman.

Sementara itu, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Hilmar Farid memastikan Warisan Budaya Dunia yang ada di Indonesia terjaga, terkelola dengan baik dan telah memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat. Seperti yang diketahui penetapan sebuah situs Warisan Dunia menekankan pentingnya ‘Outstanding Universal Value’ (OUV) sehingga sangat penting menggali dan menjaga nilai tersebut, melihat kemungkinan pengembangannya hingga berkembang menjadi berbagai macam program kegiatan.

“Keberhasilan situs Warisan Budaya Dunia ini tentu sangat terkait dengan keterlibatan masyarakat luas dalam pengembangan dan pemeliharaan. Kesempatan yang baik ini juga bisa digunakan menggali semua potensi stakeholder dan pihak-pihak berkepentingan guna memastikan pengelolaan Warisan Dunia kita berjalan dengan baik,” tandas Hilmar.

Usai pembukaan, acara dilanjutkan dengan sesi-sesi seminar hari pertama dari berbagai pembicara terkait. Sesi seminar hari kedua tak jauh berbeda dengan hari pertama dan diakhiri dengan menghasilkan kesepakatan bersama enam pengelola situs Warisan Budaya Dunia yang ada di Tanah Air.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi menyatakan para pengelola situs dan peserta seminar menyepakati lima points yang diwujudkan dalam deklarasi pada seminar hari kedua. Kesepakatan tersebut yakni, pertama, menyediakan platform secara transparan serta menstimulasi pembahasan dan menyoroti peluang maupun tantangan yang dihadapi.

“Kedua, membangun informasi dan komunikasi terbuka, inklusif dan substansif sejak dini dengan semua pihak terkait. Yang ketiga, menguatkan kebersamaan, kolaborasi dan jejaring antar pengelola di Indonesia terutama peningkatan kapasitas dalam.pengembangan kapasitas dan kompetensi serta saling membuka peluang dan kesempatan berbagi informasi maupun berinsiatif dalam semua aspek pengelolaan situs,” terang Dian.

Komitmen keempat, mendorong pemerintah dan pemerintah daerah lebih memperhatikan, mempertimbangkan menangani kesenjangan, permasalahan dan tantangan yang dihadapi pengelola sebagai ujung tombak pelaksana di lapangan. Hal itu dengan kebijakan pengelolaan pemerintahan atau Pemda terhadap warisan dunia baik aspek admistrasi, regulasi panduan pedoman maupun aspek teknis, peningkatan kapasitas, strategi pengelolaan setiap tahapan dan pahaman ketentuan pengelolaan Warisan Dunia UNESCO

“Terakhir, membentuk Forum Pengelola Warisan Dunia Indonesia sebagai media dan wadah informasi rencana aksi dan aktivitas lainnya dalam konteks pengelolaan Warisan Dunia. Semoga ini menjadi pintu baru dan peluang kita bersama kita berdaya untuk menguatkan komunikasi maupun jejaring,” pungkas Dian. (Fn)

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!