GMRI Refleksi dan Proyeksi 2022-2023 Belajar Dari Pemikiran Gus Dur Presiden

GMRI Refleksi dan Proyeksi 2022-2023 Belajar Dari Pemikiran Gus Dur Presiden

Spread the love

Jakarta – JP NEWS Gerakan Moral Rekonsialisasi Indonesia (GMRI) mennggelar diskusi secara daring dengan tema “Belajar dari Pikiran dan Perjuangan KH Abdurrahman Wahid”, Jumat 30/12/2022.

Dalam diskusi secara daring yang dipandu oleh Prof. Yudhie Haryono M.Si Ph.D. sekaligus sebagai moderator, menghadirkan para narasumber seperti; Dr (HC) Habib Chirzin (Dewan Pendiri & Pembina GMRI), Dr. Zastrow Ngartawi (Budayawan Nahdilyn), Eko Sriyanto Galgendu (Dewan Pendiri & Ketua Umum GMRI), dan Dr. R Muryanto Amin, S.Sos, M.Si (Rektor USU) sedangkan sebagai moderator adalah Prof. Yudhie Haryono M.Si Ph.D.

“Gus Dur ini memiliki pengetahuan yang sangat luas, saya pertama bertemu beliau tahun 1974 pada bulan puasa. Dalam sebuah diskusi di LP3, Gus Dur diminta bicara tentang teori ilmu sosial. Gur Dur kemudian bicara tentang 3 hal yang saling berhubungan antara sosial, budaya dan agama. Tiga hal itu saling berkelindan. Ini menarik pada saat itu karena tidak banyak yang membicarakan keterkaitannya,” terang DR (HC) Muhammad Habib Chirzin.

Lebih lanjut dikisahkan oleh Muhammad Habib Chirzin, bagaimana Gus Dur terlibat dalam kegiatan-kegiatan kerakyatan dan kebangsaan. Bersama-sama dengan para tokoh lintas iman, Gur Dur merawat keberagaman. “Gus Dur merupakan pribadi yang sangat sederhana, multi talenta dan sangat berpengetahuan luas”.

Ingatan yang paling terkesan akan sikap Gus Dur adalah kerelaan dan kerendahan hati mengantarkan dan sekaligus mengetikan formulir untuk ikut lomba arsitek yang diselenggarakan suatu lembaga luar negeri.

“Gus Dur adalah sosok eksklopedik yang humble, multidemensi serta santu dan rendah hati dan gagasannya tentang perubahan sosial berkelindang dengan agama dan budaya dan kini terbukti”, terang Habib Chirzin mengenang.

Sementara itu, Dr. R Muryanto Amin, S.Sos, M.Si rektor USU menilai Gus Dur merupakan sosok yang humanis yang mengedepankan kemajemukan sebagai kekayaan bangsa. Namun ia mengaku prihatin dengan melihat tren yang terjadi pada mahasiswa (generasi saat ini), secara khusus yang terjadi di Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, dimana ketertarikan untuk mengkaji pemikiran-pemikiran para tokoh bangsa seperti Gus Dur dan juga tokoh bangsa sangatlah minim. Padahal, pemikiran-pemikiran tersebut sangat baik untuk kemajuan bangsa dan negara.

Eko Sriyanto Galgendu menilai sosok Gus Dur sebagai manusia setengah dewa. “Gus Dur pernah mengkader sosok seperti Mahfud MD, Gus Ipul, Alwi Shihab, AS Hikam dan Muhaimin Iskandar. Hampir semua kader Gus Dur itu berhasil. Pernah saya mendengar, salah satu kader itu pernah diminta untuk menata sendal disebuah acara yang digelar di Ciganjur, ternyata menata sendal itu dimaksudkan agar mampu menata sebuah organisasi atau negara”, kenang Eko Sriyanto Galgendu. Ia menambahkan bahwa belajar dari sosok Gus Dur selain kesederhanaannya, sifat mengayomi namun juga diajarkan bagaimana merespon masa depan, Eko Sriyanto Galgendu bercerita bagaimana Gus Dur pernah mewacanakan tentang pembubaran Kementerian Agama, pembubaran DPR, dan masih banyak lagi lainnya di masanya ternyata hal itu bisa terlihat saat ini.

Sosok Gus Dur oleh Dr. Zastrow Ngartawi diibaratkan sebuah oase, oase yang mempertemukan mata-mata air jernih yang bersumber dari kearifan lokal dan sebagainya. Gus Dur bukan saja bisa mengambil air jernihnya akan tetapi Gus Dur mampu untuk mengalirkannya. Sejak kecil memang Gus Dur itu sering melakukan penjelajahan, dari perjalanan itu lah kemudian direkonstruksi dan dialirkan oleh Gus Dur untuk kehidupan banyak orang.

Acara Refleksi dan Proyeksi ini merupakan rangkaian acara dari gerakan kesadaran dan pemahaman spiritual yang sudah digagas oleh sejumlah tokoh maupun pendiri GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) yang juga digagas oleh Gus Dur bersana Susuhunan Paku Buwono XII serta Prof. Dr. Habib Chirzin, Eko Sriyanto Galgendu dan sejumlah tokoh nasional lain sejak 20-an tahun silam.
Sedangkan Posko Negarawan sendiri merupakan bagian pergerak gagasan serta beragam program dari GMRI untuk melahirkan sosok negarawan sejati untuk memimpin bangsa dan negara Indonesia pada masa depan yang lebih baik, lebih beradan dan lebih manusiawi yang adil dan makmur sesuai drngan cita-cita dari kemerdekaan bangsa Indonedia berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila.

Dewan Pendiri dan Ketua Umum GMRI, Eko Sriyanto Galgendu saat menceritakan tentang Sosok Gus Dur yang mengayomi banyak orang dengan kesederhanaannya untuk kemanusiaan dan kebangsaan. Yus (Kefas Hervin Devananda )

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!