Jangkarpena.com Bagaimana reaksi kita terhadap kritik yang menyerang? Jika kritik itu membuat kita membalas para pengkritik kita dengan sikap marah, maka kita perlu belajar dari seorang pengkhotbah di zaman kolonial bernama Jonathan Edwards (1703 -1758).
Edwards, yang dinobatkan oleh para cendekiawan sebagai filsuf yang penuh wawasan, di serang oleh para pejabat gereja di Northampton, Massachusetts, dengan penuh dendam. Mereka merasa Edwards bersalah mengajarkan bahwa seseorang harus dilahirkan kembali dahulu sebelum turut ambil bagian dalam perjamuan Tuhan.
Meskipun dipecat dari gereja, Edwards tidak berhenti mengasihi dan mengampuni. Salah satu anggota jemaat yang memberikan dukungan kepadanya, menulis tentang dirinya, “Saya tak pernah sedikit pun melihat tanda-tanda tidak senang di wajahnya, ia selalu muncul sebagai utusan Tuhan, yang sukacitanya terpancar dan menjangkau musuh-musuhnya.”
Edwards hanya meniru teladan Yesus. Ketika Yesus dihina, Dia tidak membalas menghina, ketika Yesus dituduh bersalah Yesus tetap diam, “seperti induk domba yang keluh di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.”
Masih dapatkah kita tetap memiliki kedamaian hati, bahkan ketika kita dikritik?
Apabila kita meminta pertolongan Roh Kudus, maka seperti yang dilakukan Edwards, kita akan mampu menanggapi dengan cara yang sama seperti Yesus saat menanggapi tuduhan atau gosip yang salah.
KRITIK PALING TAJAM UNTUK KITA DAPAT MENGUNGKAPKAN HAL TERBAIK DALAM DIRI KITA.
“Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan.” Yakobus 3:13
Selamat beraktivitas dalam perkenan-Nya. Walk with God. Jaga kesehatan, tetap semangat dan antusias. Tuhan Yesus melimpahkan rahmat-Nya sehingga terobosan illahi, jalan keluar illahi, penyelesaian illahi dan pelipatgandaan illahi di seluruh area kehidupan kita dinyatakan.
Abah Daniel
