Kominfo Ajak Anak Muda Papua Kolaborasi Bentuk Indonesia Lebih Kuat

Kominfo Ajak Anak Muda Papua Kolaborasi Bentuk Indonesia Lebih Kuat

Spread the love

Bandung, jangkarpena.com – Anak muda dan pemimpin muda Papua diajak berkolaborasi membangun jembatan antara budaya, agama, dan negara untuk membentuk Indonesia yang lebih kuat berlandaskan keberagaman.

“Mari kita membangun jembatan antara budaya, agama, dan negara. Bersama-sama, kita dapat membentuk Indonesia yang lebih kuat di mana keberagaman adalah kekuatan terbesar kita,” ujar Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Dirjen IKP Kominfo), Usman Kansong, dalam keterangannya terkait Forum Diskusi Literasi Demokrasi dengan tema “Kolaborasi Anak Muda Untuk Kesejahteraan Papua” di Bandung, Provinsi Jawa Barat, seperti dilansir pada Jumat (5/4/2024).

Forum itu melibatkan peserta dari kelompok atau perwakilan mahasiswa asal Papua yang ada di Bandung dan sekitarnya.

Usman mengatakan, masa depan bangsa Indonesia dibentuk oleh tiga pilar penting yakni pemuda, kolaborasi, dan demokrasi.

Para pemuda di Jayapura, Provinsi Papua, dinilai telah membangun pilar itu dengan berkolaborasi membentuk Papua Youth Creative Hub (PYCH) yang terinspirasi visi dan misi Presiden Joko Widodo, yakni mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Semangat kolaborasi tersebut ternyata telah diturunkan orang-orang Papua dari generasi ke generasi melalui peribahasa kuno “Satu Tungku Tiga Batu” yang melambangkan persatuan, ketahanan, dan harmoni.

“Setiap batu mewakili keyakinan yang berbeda: Islam, Kristen, dan Katolik. Hidup berdampingan dalam keberagaman dengan harmoni sebagai kuali. Tantangan kita adalah menjaga keseimbangan yang rapuh ini, memastikan tidak ada batu yang goyah, tidak ada api yang padam” jelasnya.

Sementara itu, Komika dan influencer Muhammad Rizal Akbar Yelipele, yang akrab disapa Ijal Papua, mengatakan, sebagai anak muda Papua yang tinggal di Bandung, dirinya terus mencoba untuk menjadi orang yang lebih kreatif.

Misalnya dengan melakukan banyak hal, mulai dari berbisnis hingga menjadi komika yang berkecimpung dalam dunia lawakan tunggal atau stand up comedy.

“Saya pikir saya akan habis kalau saya masih mengikuti cara yang sama (dengan komika terdahulu). Jadi sebagai orang yang tinggal di Bandung, tapi orang Papua, saya bikin sendiri namanya ‘Si Pace Sunda’, mengangkat materi stand up Sunda dengan Papua, ramai dan naiknya cepat,” jelasnya

Dia juga mengaku telah membangun koneksi dengan sesama orang Papua di Bandung untuk berkolaborasi melangkah maju mencapai kesejahteraan bersama.

“Ketika saya punya hal lebih, saya akan memanfaatkan orang-orang di sekitar saya terlebih dahulu, khususnya teman-teman dari Timur atau Papua (untuk) maju berbarengan.” Kata Ijal Papua.

Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Dadang Rahmat Hidayat menambahkan, orang Sunda, Papua maupun orang daerah mana pun cenderung lebih menerima orang luar yang terasa dekat secara komunikasi, misalnya dengan penggunaan bahasa daerahnya.

Hal tersebut dinilai merupakan bagian dari keterbukaan dan kolaborasi, yang harus dioptimalkan melalui pembentukan paguyuban maupun organisasi daerah, dengan didukung pemerintah daerah (Pemda) masing-masing.

“Harus ada kolaborasi. Dan terpenting adalah adanya komunikasi yang baik. Kemudian pemerintah juga harus hadir memberikan support, memfasilitasi dan lain – lain,” tutup Dadang.

Yudo

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!